Insentif
Pengertian Insentif
Setiap pimpinan harus berusaha menciptakan iklim
yang dapat memenuhi kebutuhan para karyawannya, karena pada umumnya orang mau
bekerja agar dapat memenuhi kehidupannya. Salah satu cara paling efektif
sebagai sarana untuk memotivasi karyawan adalah system insentif.
Insentif dapat dirumuskan sebagai balas jasa yang
memadai kepada karyawan yang prestasinya melebihi standar yang telah
ditetapkan. Insentif merupakan suatu faktor pendorong bagi karyawan untuk
bekerja lebih baik agar kinerja karywan dapat meningkat.
Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang
insentif, di bawah ini ada beberapa ahli manajemen mengemukakan pengertian
mengenai insentif.
Menurut Malayu
S.P Hasibuan (2008:117), Menyatakan bahwa :
“Insentif
adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang
prestasinya di atas prestasi standar. Insentif ini merupakan alat yang
dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi”.
Menurut Mutiara S. Pangabean (2002: 77),
mengemukakan bahwa:
“Insentif
merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena prestasi
melebihi standar yang ditentukan. Dengan mengasumsikan bahwa uang dapat
mendorong karyawan bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang produktif lebih
menyukai gajinya dibayarkan berdasarkan hasil kerja”.
Menurut T.
Hani Handoko (2002: 176), Mengemukakan bahwa:
“Insentif adalah
perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai
atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah ditetapkan”.
Jadi menurut pendapat-pendapat para
ahli di atas dapat di artikan bahwa insentif adalah suatu bentuk penghargaan
dalam bentuk uang yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan atas dasar
prestasi kerja yang tinggi atau pada karyawan yang bekerja melebihi standar
yang telah ditentukan. Insentif dimaksudkan untuk dapat meningkatkan kinerja
karyawan dan mempertahankan karyawan yang kinerjanya tinggi untuk tetap berada
dalam perusahaan.
Indikator Insentif
pengertian insentif yang di kemukakan oleh Mutiara S. Pangabean (2002: 77), bahwa
indikator insentif tersebut diantaranya :
1. Imbalan yang
dibayarkan langsung kepada karyawan.
2.
Imbalan ditentukan oleh Prestasi yang melebihi standar.
3.
Imbalan berupa uang sebagai pendorong karyawan bekerja lebih giat.
4.
Imbalan yang berupa gaji dibayarkan berdasarkan hasil kerja
Jenis - jenis Insentif
Jenis – jenis insentif dalam suatu
perusahaan/instansi, harus dituangkan secara jelas sehingga dapat diketahui
oleh pegawai dan oleh perusahaan tersebut dapat dijadikan kontribusi yang baik
untuk dapat menambah gairah kerja bagi karyawan yang bersangkutan.
Menurut ahli manajemen sumber daya manusia Sondang P. Siagian (2002: 268), jenis –
jenis insentif tersebut adalah:
1.
Piece work
2.
Bonus
3.
Komisi
4.
Insentif bagi
eksekutif
5.
Kurva “kematangan”
6.
Rencana insentif
kelompok
A.d.1. Piece work
Piece
work adalah teknik yang digunakan untuk mendorong kinerja kerja pegawai
berdasarkan hasil pekerjaan pegawai yang dinyatakan dalam jumlah unit produksi.
A.d.2. Bonus
Bonus
adalah Insentif yang diberikan kepada pegawai yang mampu bekerja sedemikian
rupa sehingga tingkat produksi yang baku terlampaui.
A.d.3. Komisi
Komisi
adalah bonus yang diterima karena berhasil melaksanakan tugas dan sering
diterapkan oleh tenaga-tenaga penjualan.
A.d.4. Insentif
bagi eksekutif
Insentif
bagi eksekutif ini adalah insentif yang diberikan kepada pegawai khususnya
manajer atau pegawai yang memiliki kedudukan tinggi dalam suatu perusahaan,
misalnya untuk membayar cicilan rumah, kendaraan bermotor atau biaya pendidikan
anak.
A.d.5. Kurva
“kematangan”
Adalah
diberikan kepada tenaga kerja yang karena masa kerja dan golongan pangkat serta
gaji tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilan yang lebih tinggi lagi,
misalnya dalam bentuk penelitian ilmiah atau dalam bentuk beban mengajar yang
lebih besar dan sebagainya.
A.d.6. Rencana
insentif kelompok
Rencana Insentif kelompok adalah kenyataan bahwa dalam banyak organisasi,
kinerja bukan karena keberhasilan individual melainkan karena keberhasilan
kelompok kerja yang mampu bekerja sebagai suatu tim.
Jelas bahwa insentif yang memadai akan mendorong
semangat dan gairah kerja karyawan, sehingga karyawan akan terus menjaga dan
meningkatkan hasil kerjanya ada akhirnya akan meningkatkan keuntungan itu
sendiri dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan, sehingga perusahaan
dan karyawan diharapkan lebih solid dalam membangun kebersamaan menuju kemajuan
perusahaan.
Faktor – Faktor Insentif
Menurut T.
Hani Handoko (2002:56), ada enam faktor yang mempengaruhi
insentif. Adapun penjelasan keenam
faktor – faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Kinerja
2.
Lama Kerja
3.
Senioritas
4.
Kebutuhan
5.
Keadilan dan
Kelayakan
6.
Evaluasi Jabatan
A.d.1. Kinerja
Sistem
insentif dengan cara ini langsung mengkaitkan besarnya insentif dengan kinerja
yang telah ditunjukkan oleh pegawai yang bersangkutan. Berarti besarnya
insentif tergantung pada banyak sedikitnya hasil yang dicapai dalam waktu kerja
pegawai. Cara ini dapat diterapkan apabila hasil kerja diukur secara
kuantitatif, memang dapat dikatakan bahwa dengan cara ini dapat mendorong
pegawai yang kurang produktif menjadi lebih produktif dalam bekerjanya. Di
samping itu juga sangat menguntungkan bagi pegawai yang dapat bekerja cepat dan
berkemampuan tinggi. Sebaliknya sangat tidak favourable bagi pegawai yang bekerja lamban atau pegawai yang
sudah berusia agak lanjut.
A.d.2. Lama
Kerja
Besarnya
insentif ditentukan atas dasar lamanya karyawan melaksanakan atau menyelesaikan
suatu pekerjaan. Cara perhitungannya dapat menggunakan per jam, per hari, per
minggu ataupun per bulan.
A.d.3. Senioritas
Sistem
insentif ini didasarkan pada masa kerja atau senioritas pegawai yang
bersangkutan dalam suatu organisasi. Dasar pemikirannya adalah pegawai senior,
menunjukkan adanya kesetiaan yang tinggi dari pegawai yang bersangkutan pada
organisasi di mana mereka bekerja. Semakin senior seorang pegawai semakin
tinggi loyalitasnya pada organisasi, dan semakin mantap dan tenangnya dalam
organisasi. Kelemahan yang menonjol dari cara ini adalah belum tentu mereka
yang senior ini memiliki kemampuan yang tinggi atau menonjol, sehingga mungkin
sekali pegawai muda (junior)
yang menonjol kemampuannya akan dipimpin oleh pegawai senior, tetapi tidak
menonjol kemampuannya. Mereka menjadi pimpinan bukan karena kemampuannya tetapi
karena masa kerjanya. Dalam situasi demikian dapat timbul di mana para pegawai
junior yang energik dan mampu tersebut keluar dari perusahaan/instansi.
A.d.4. Kebutuhan
Cara
ini menunjukkan bahwa insentif pada pegawai didasarkan pada tingkat urgensi
kebutuhan hidup yang layak dari pegawai. Ini berarti insentif yang diberikan
adalah wajar apabila dapat dipergunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan
pokok, tidak berlebihan namun tidak berkekurangan. Hal seperti ini memungkinkan
pegawai untuk dapat bertahan dalam perusahaan/instansi.
A.d.5. Keadilan
dan Kelayakan
a.
Keadilan
Dalam
sistem insentif bukanlah harus sama rata tanpa pandang bulu, tetapi harus
terkait pada adanya hubungan antara pengorbanan (input) dengan (output),
makin tinggi pengorbanan semakin tinggi insentif yang diharapkan, sehingga oleh
karenanya yang harus dinilai adalah pengorbanannya yang diperlukan oleh suatu
jabatan. Input dari suatu jabatan ditunjukkan oleh spesifikasi yang harus
dipenuhi oleh orang yang memangku jabatan tersebut. Oleh karena itu semakin
tinggi pula output yang diharapkan. Output ini ditunjukkan oleh insentif yang
diterima para pegawai yang bersangkutan, di mana di dalamnya terkandung rasa
keadilan yang sangat diperhatikan sekali oleh setiap pegawai penerima insentif
tersebut.
b.
Kelayakan
Disamping
masalah keadilan dalam pemberian insentif tersebut perlu pula diperhatikan
masalah kelayakan. Layak pengertiannya membandingkan besarnya insentif dengan
perusahaan lain yang bergerak dalam bidang usaha sejenis. Apabila insentif
didalam perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan
perusahaan lain, maka perusahaan/instansi akan mendapat kendala yakni berupa
menurunnya kinerja pegawai yang dapat diketahui dari berbagai bentuk akibat
ketidakpuasan pegawai mengenai insentif tersebut.
A.d.6. Evaluasi
Jabatan
Evaluasi jabatan adalah suatu usaha untuk menentukan
dan membandingkan nilai suatu jabatan tertentu dengan nilai jabatan-jabatan
lain dalam suatu organisasi. Ini berarti pula penentuan nilai relatif atau
harga dari suatu jabatan guna menyusun rangking dalam penentuan insentif
0 komentar:
Posting Komentar